-->

Efek Samping Zat Aditif Pada Makanan


e-Pusat Sumber Belajar -  Zat Aditif Pada Makanan 

 Sumber : Internet
Post kali membahas  tentang pembahasan zat aditif pada makanan  pewarna, pemanis. pengawet, dan penyedap rasa. Sepertinya kita akan bisa terlepas dengan yang namanya zat aditif makanan, sehingga kita  harus tahu penggunaannya. Karena sebagian ada yang merugikan dan ada juga yaang menguntungkan. Tanpa di sadari terdapat beragam jenis makanan yang kita konsumsi sehari – hari. Kelompok makanan seperti tampak pada gambar di bawah merupakan makanan yang telah diolah atau yang disebut makanan olahan. Dahulu, ketika teknologi pangan belum berkembang seperti saat ini, tidak banyak makanan dan minuman olahan yang beredar. Sebagai contoh, dahulu orang membuat roti cukup dengan menggunakan bahana dasar terigu, ragi, dan air. Akan tetapi, sekarang tidak cukup hanya dengan bahan utama itu saja, masih perlu tambahan bahan lainnya, misalnya perasa atau flavor (bahan untuk menimbulkan aroma dan rasa tertentu) dan bahan pewarna. Jadi, ketika makanan olahan diproses ke dalam makanan tersebut telah ditambahkan zat – zat kimia dengan tujuan tertentu. Zat – zat kimia yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan kualitasnya yang mencakup rasa, penampilan, warna, keawetan dan lain – lain disebut zat aditif makanan

PEWARNA :
Tujuan pemberian pewarna pada makanan hanyalah untuk memperbaiki penampilan makanan sehingga lebih menarik perhatian. Di Indonesia sudah dikenal banyak pewarna alami, misalnya kunyit (warna kuning), daun suji dan daun pandan (warna hijau), warna telang (warna biru keunguan), gula kelapa (warna merah kecoklatan), cabe dan bunga belimbing sayur (warna merah). Pewarna alami ini sangat aman bagi kesehatan manusia. Namun, pengetahuannya kurang maksimal karena masih memiliki rasa atau aroma yang dapat mengganggu rasa atau aroma makanan aslinya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, sekarang sudah banyak diproduksi pewarna makanan sintesis. Misalnya: violet GB (warna ungu), sunset yellow FCF (warna oranye), tartrazine (warna kuning), indigo carmine (warna biru). Namun, harga pewarna makanan sintesis tersebut relatif mahal, sehingga ada orang yang tidak bertanggung jawab menggantinya dengan pewarna tekstil yang harganya murah tapi berbahaya bagi kesehatan. Pewarna tekstil yang sering disalah gunakan sebagai pewarna makanan, antara lain rhodamine B (warna merah) dan metanil yellow (warna kuning). Bahan – bahan itu dapat memicu terjadinya kanker.

PEMANIS:
Korban terbesar BTM pemanis makanan adalah anak-anak. Hampir semua makanan manis untuk anak-anak mengandung pemanis buatan seperti sakarin, siklamat, aspartame. Sakarin (200700 kali manis gula/sukrosa) sering digunakan pada soft drink, selai, permen, jajanan pasar. Siklamat (30x) sering digunakan pada makanan kaleng atau makanan proses lain karena tahan panas. Pada hewan percobaan pemanis ini menyebabkan kanker kandungan kemih. Aspartam (160-220x) banyak digunakan sebagai pemanis buatan pada berbagai jenis makanan dan minuman terutama makanan dn minuman rendah kalori (makanan penderita diabetes, nol kalori, salat dressing, snack,soft drink). Aspartam pada saat ini masih merupakan gula buatan yang masih dianggap aman dibanding dengan sakarin dan siklamat. Perhatikan label makanan, sekarang banyak makanan yang menggunakan aspartame sebagai pemanis. Terlalu banyak komsumsi makanan yang mengandung aspartame dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko kerusakan system saraf, menstruasi yang sulit, dapat mempengaruh perkembangan otak janin, Alzheimer, lupus, multiple sclerosis maupun kanker otak. Wanita hamil sebaikanya menghindari produk yang mengandung aspartame (agar bayi yang lahir terhindar dari retardasi mental). Walaupun masih dianggap aman tetapi sebaiknya hindarilah ketiga jenis pemanis buatan tersebut apabila anda ingin sehat.
PENYEDAP:
Apa sih tujuan pedagang menambahkan penyebab rasa? Agar makanan lebih enak bukan? Tetapi penyebab makanan tidak dibutuhkan oleh tubuh. Contoh yang terbaik adalah MSG (Monosodium Glutamat), sejak ditemukan pada tahun 1940, MSG telah digunakan berbagai makanan. Produk makanan cepat saji, makanan instant, makanan kaleng, makanan proses, makanan cemilan biasanya mengandung MSG dalam jumlah yang cukup banyak. Efek dari MSG adalah sakit kepala, gatal, mual, masalah sistim saraf dan reproduksi, tekanan darah tinggi, migrant, asma bahkan depresi. Chinese Restaurant Syndrome: umumnya terjadi pada orang-orang seusai mengkomsumsi masakan Chinese yang dikenal mengandung kadar MSG tinggi. Makanan yang sering kali sekali menimbulkan sindrom ini adalah sup. Mengapa? Karena sup dihidangkan paling awal sehingga akan memasuki saluran pencernaan dalam kondisi perut kosong, akibat MSG dapat dengan mudah terserap dalam darah sehingga menimbulkan efek yang disebutkan tadi, 20-30 menit setelah seseorang komsumsi MSG. Meski pembuktiannya menjadi perdebatan banyak pihak, ada baiknya jika sebagai konsumen kita harus berhati-hati.

Setidaknya kita harus membatasi penggunaannya dan menggantikannya dengan bumbu alami seperti bawang putih dan rempah-rempah karena rasanya jauh lebih nikmat. Selain itu, dengan menggunakan bahan alami tentunya lebih sehat bukan? Ada lagi BTM sebagai pengemulasi, pemantap dan pengental pada produk ice crem, keju olahan, sardine kalengan, susu bubuk. Ada lagi pengatur keasaman (biasanya digunakan sebagai penegas ras dan warna atau penyelubung rasa yang tidak disukai, coklat, permen, keju olahan, ice crem, makanan kaleng, jam, jelly dll), pengeras (acar, buah kaleng). Ada lagi pemutih, pematang tepung. Warna tepung gandum yang masih baru biasanya kekuning-kuningan bahkan bias menjadi kecoklatan/keabuan sehingga warnanya tidak menarik. BHA dan BHT (Butylated Hydroxyanisole) dan (Bytylated Hudroxytoluene): digunakan untuk makanan yang mengandung lemak agar tidak cepat tengik. Menurut The International Agency for Research on Cancer, BHA kemungkinan bersifat karsinogen pada manusia. State of California juga menganggap ini karsinogen. Penelitian yang lain juga menunjukkan hal yang sama terhadap BHT. BHT diizinkan di Amerika tetapi dilarang di England. Efek bagi kesehatan adalah kerusakan lever dan ginjal, infertilitas, system imun rendah, cacat lahir dan kanker. Makanan yang mengandung BHA dan BHT: sosis, saos, potato chips, saus steik, shortening dll. Agar aman sebaiknya dihindari. Apabila kita perhatikan, sekarang banyak makanan yang mengandung BTM yang dapat merusak kesehatan kita. Walaupun ada BTM yang dikatakan aman, untuk dikomsumsi secara individu tetapi perlu diketahui sangat jarang sebuah makanan proses siap saji hanya mempunyai satu di dalam satu produk. Secara literal ada ribuan dari macam-macam kombinasi BTM yang sangat berbahaya. kesimpulannya bahan kimia tersebut kemungkian dapat menyebabkan mutasi melalui kerusakan kromosom atau menggunakan fungsi sistim imunitas tubuh dan telah dibuktikan menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan yang serius. Apabila anda ingin sehat hindarilah makanan kemasan, makanan restoran, makanan siap saji. Komsumsilah makanan masakan sendiri dirumah lebih aman.

PENGAWET
Kerusakan makanan terutama disebabkan oleh mikroba (bakteri, jamur, dan ragi). Untuk mengawetkan makanan, kita harus membunuh mikroba tersebut atau menyimpan makanan pada kondisi dimana mikroba tidak dapat berkembang biak dengan baik.

Gula dan garam adalah pengawet alami yang sudah digunakan sejak zaman dahulu, misalnya pada manisan, asinan, telur asin, ikan asin, dan lain – lain. Jika mikroba kontak dengan larutan gula atau garam yang pekat maka air akan mengalir dari mikroba ke larutan melalui membran selnya. Akibatnya, mikroba mengalami dehidrasi (kekurangan air) dan mati sehingga makanan tidak busuk. Namun, penggunaan gula dan garam sebagai pengawet dapat mengakibatkan makanan berasa terlalu manis atau asin.

Asam cuka merupakan pengawet alami yang efektif karena mikroba tidak dapat bertumbuh dengan baik pada suasana asam. Asam cuka sering digunakan sebagai bahhan pengawet untuk mentimun, bawang, cabe, dan lain – lain:

    Natrium nitrit, digunakan sebagai pengawet dalam sosis, burger, dan daging kaleng. Natrium nitrit dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Clostridium botulinium yang menyebabkan keracunan makanan.
    Asam benzoat / natrium benzoat, digunakan sebagai pengawet makanan dan minuman, jus buah, saos, sambal, dan kecap. Asam benzoat / natrium benzoat dapat mengambat pertumbuhan bakteri dan ragi yang merusak makanan.
    Asam propionat / natrium propionat, digunakan sebagai pengawet roti dan keju. Asam propionat / natrium propionat dapat menghambat pertumbuhan jamur dan ragi..

Penggunaan zat pengawet tersebut harus selalu dikontrol karena pemakaian yang berlebihan dapat mmerugikan kesehatan. Misalnya, natrium nitrit dapat mengakibatkan kanker, sedangkan natrium benzoat dapat mengakibatkan gangguan syaraf dan alergi.

Sampai saat ini di Indonesia masi terjadi penyalahgunaan pemakaian bahan pengawet untuk makanan. Boraks yang merupakan bahan kimia pembuatan keramik sering digunakan sebagai pengawet pada proses pembuatan mie dan bakso. Sedangkan formalin, bahan kimia pengawet mayat, banyak digunakan untuk mengawetkan ikan segar dan tahu. Hal ini berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan keracunan, gatal – gatal, iritasi paru – paru, gangguan sistem pencernaan dan kematian.
      BAGAIMANA DENGAN ANAK-ANAK, KARENA SEKARANG BANYAK SEKALI MAKANAN KEMASAN UNTUK KOMSUMSI ANAK-ANAK? Anak-anak organ detoksanya atau organ untuk membuang zat yang berbahaya tidak seefektif orang dewasa. Sangat disayangkan dibanyak keluarga anak-anak justru yang lebih banyak mengkomsumsi makanan kemasan (contohnya snack, biscuit, cereal, chips dll) sehingga BTM ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap mereka. Tugas orang tualah yang menyediakan makanan bernutrisi dan menarik (karena saingannya adalah kemasan yang menarik diluaran dan rasanya). Makan sehat perlu penyesuaian. Mungkin ibu-ibu harus lebih sering berbelanja karena makanan natural lebih cepat rusak. Sekarang ini makanan yang bias tahan berbulan-bulan sudah dianggap normal apabila mereka menyimpannya di kulkas dan freezer (terutama makanan siap saji). Jadi jangan karena alasan praktis kita membeli makanan siap saji yang banyak mengandung BTM.

      Belilah makanan segar yang banyak dijual dipasar. Sebaiknya masak sendiri dirumah, jangan takut repot karena kalo sudah sakit lebih repot bukan? Perlu diketahui efek toksi dari BTM tidak langsung menimbulkan reaksi tetapi bersifat kumulatif sihingga menumpuk pada jaringan tubuh dan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan kemudian hari. Mengapa anda membelanjakan uang untuk sesuatu yang nantinya akan membuat anda sakit?


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel